Kebiasaan
Yang Tetap di Yakini
Oleh:
Saadzatul Fitriah
Di Indonesia ini
khususnya di daerah pulau Jawa masih banyak yang mempercayai kebiasaan nenek
moyang terdahulu, yang tetap digunakan sampai sekarang ini. Meskipun di dalam
Hukum Islam tidak di jelaskan tetapi masyarakat tetap mempercayai kebiasaan
tersebut, apabila di langgar maka orang yang melanggar itu akan mengalami bencana
yang besar.
Disini akan membahas tentang adat kebiasaan jawa
yang masih di percayai yaitu tentang beberapa larangan menikah bagi orang jawa:
1.
Pernikahan di
bulan Syuro
Bagi
masyarakat Jawa Bulan Syuro merupakan suatu bulan yang dianggap keramat. Pada
bulan ini masyarakat beranggapan tentang mitos terkait ratu pantai selatan atau
lebih populer dengan sebutan “Nyi Roro Kidul” tengah melangsungkan hajatan.
Sehingga apabila pernikahan tetap dilangsungkan pada Bulan Syuro, akan
menimbulkan balak bagi rumah tangganya dan keluarganya kelak.
2.
Pernikahan Jilu
(Siji karo Telu)
Bagi
masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Timur, pernikahan ini sebisa mungkin harus
di hindari. Pernihan “Jilu” adalah pernikahan di Jawa dimana pasangan yang akan
melangsungkan pernikahan merupakan anak pertama dan anak ketiga. Contohnya
mempelai perempuan anak pertama sedangkan mempelai laki-laki anak ketiga atau
sebaliknya, maka menurut orang jawa tidak boleh melangsungkan pernikahan,
mereka mempercayai bahwa akan mendatangkan sial bagi rumah tangganya kelak.
3.
Posisi Rumah
Pasangan
Adat
Jawa memang terkenal sangat mistis,sampai posisi rumahpun menjadi mitos.
Maksutnya posisi rumah pasangan adalah apabila kita punya saudara kandung menikah di desa X, maka kita tidak boleh
menikah dengan orang yang berasal dari desa yang sama yaitu desa X, apabila
tetap melangsungkan Pernikahan maka salah satu orang tua dari kita akan
meninggal dunia.
4.
Jika Rumah
Berhadapan di Larang Menikah
Jika
rumah para calon pasangan berhadapan maka mempunyai larangan untuk
melangsungkan pernikahan. Para orang tua masih banyak yang mempercayai mitos
tersebut, entah dari apa penyebabnya tetapi apabila tetap melangsungkan pernikahan
maka akan menyebabkan kesengsaraan di kemudian hari diantara keluarga si
pasangan ini.
5.
Larangan Menikah
antara orang Jawa dengan Orang Sunda
Sebagian
masyarakat Jawa masih banyak yang mempercayai mitos ini. Sejarah munculnya
mitos ini berasal dari zaman dahulu yaitu terjadinya perang babat antara
Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda. Apabila hal ini dilanggar maka hidup
pasangan akan mengalami kesenggsaraan.
6.
Siji Jejer Telu
(Satu Berjajar Tiga)
Siji
jejer telu maksudnya adalah jika paangan yang akan menikah sama-sama anak
pertama dan salah satu orang tua dari mereka juga anak pertama, sehingga jika
disusun dalam angka maka “111” (satu berjajar tiga). Sebagian masyarkat jawa
masih percaya jika hal tersebut dilanggar maka rumah tangga pasangan tidak akan
sejahtera.
Hal diatas adalah
beberapa larangan Pernikahan yang ada di Jawa. Dibawah ini akan menerangkan
tentang akibat dari kedua pasangan yang orang tuanya yang masih mempercayai
mitos tersebut.
Si A adalah seorang
anak Laki-laki dari 3 bersaudara, dia anak terakhir yaitu anak nomor tiga. Dia
menyukai seorang gadis anggap saja bernama X, akhirnya mereka berdua saling
menyukai, mereka selalu bersama jika bepergian, dan kedua orang tua mereka tahu
hal tersebut, tetapi salah kedua orang tua si gadis tidak tanya sejak dari awal
berapa saudara A dan anak nomor ke berapa. Si A dan X sudah berpacaran selama 3
tahun di kota yang sama, tetapi setelah itu
mereka berpisah kota bahkan beda pulau karena mereka sudah memiliki
pekerjaan masing-masing dan berada di luar kota yang berbeda karena pekerjaan
mereka juga tidak sama. Mereka saling berjanji
suatu saat nanti akan kembali ke kota mereka setelah mereka mendapatkan
uang yang banyak untuk kehidupan mereka kelak. Akhirnya selama 3 tahun berpisah
mereka memtuskan untuk kembali ke kota mereka dan si A bilang pada X yaitu kekasihnya bahwa lusa dia akan membawa
keluarganya datang kerumah si gadis untuk melamarnya. Si gadis itu bilang
kepada orang tuanya bahwa lusa keluarga A akan datang untuk melamar, kedua orang
tua si gadis menyetujui.
Hari yang sudah di
janjikan si A sudah datang dan mereka pun menepati janji yaitu melamar si X, kedua
orang tua dari pasangan mulai berbincang-bincang akhirnya setelah diberitahu bahwa si A anak
ketiga dari tiga bersaudara dan si X anak pertama maka lamaran tersebut di
tolak dan kedua pasangan diminta untuk tidak bersama lagi tetapi disuruh untuk
berteman saja. Kedua pasangan sangat kecewa kepada orang tunya karena tetap
mempercayai mitos tersebut. Si X tidak mau keluar dari kamar selama 5 hari ,
orang tua nya sangat sedih melihat hal tersebut dan mereka memanggil si A untuk
datang kerumahnya untuk bisa membujuk putrinya biar mau keluar dari kamar. Si A
pun menerima permintaan dari orang tua X, setelah A sampai di rumah X dia berusaha
membujuk X agar mau keluar dari kamar tetapi dia tetap tidak mau.
Beberapa hari kemudia
si X sudah keluar kamar dan berdandan rapi dia keluar dari rumah tanpa
sepengetahuan orang tuanya untuk menemui A. Akhirnya mereka bertemu di suatu
tempat yang sudah di bicarakan mereka berdua. Mereka berbincang-bincang
bagaimana mereka bisa bersama jika orang tua mereka tidak setuju Cuma gara-gara
mitos, akhirnya mereka memutusakan untuk mengakhiri hidup mereka dengan meminum
racun.
Akhirnya kedua orang
tua pasangan sangat menyesal setelah melihat anak mereka telah meninggal.
Itulah sebuah cerita
singkat dan masyarakat sekarang yang masih mempercayai mitos yang disebut
masyarakat Primitif menurut Max Weber .
Komentar
Posting Komentar